Tenaga kerja terdidik semakin dicari di Indonesia. Terbukti, dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pekerja terampil dengan pendidikan tinggi meningkat, dari 8,8 juta orang (8,04 persen) pada Agustus 2011 menjadi 10,0 juta orang (8,98 persen) pada Agustus 2012.
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) memprediksi permintaan tenaga
kerja terampil Tanah Air bakal terus meningkat, terutama saat ASEAN
Economic Community resmi dilansir dua tahun mendatang.
Nantinya, akan ada
sertifikasi keterampilan kerja tingkat regional sehingga tenaga kerja
terdidik bisa mencari pekerjaan di seluruh negara anggota ASEAN.
Sebelum masa itu
tiba, tenaga kerja terampil, terutama mereka yang menempuh pendidikan
sekolah menengah kejuruan, diploma, dan strata satu, harus meningkatkan
kemampuan teknisnya.
Tentu hal ini
mendorong perlunya kepandaian memilah keterampilan kerja apa saja yang
banyak diserap oleh lapangan di masa mendatang agar pengalaman kerja
bisa diperoleh lebih cepat.
Direktur Jenderal
Pembinaan, Pelatihan, dan Produktivitas Kemenakertrans Abdul Wahab
Bangkona saat diwawancarai merdeka.com di ajang ASEAN Skills Competition
di Jakarta Convention Center, Senayan, Jumat (16/11), menyatakan ada 22
jenis bidang kerja yang cukup populer di Indonesia.
Dari puluhan jenis
itu, masih dapat disaring lagi lima bidang keterampilan yang permintaan
tenaga kerjanya akan sangat tinggi hingga beberapa tahun ke depan.
Berikut lima keterampilan kerja paling dicari di Tanah Air versi Kemenakertrans:
1. Ahli konstruksi
Direktur Jenderal
Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemenakertrans Abdul Wahab
Bangkona menyatakan pekerja terampil yang mendesak dibutuhkan industri
dalam negeri adalah mereka yang memiliki kemampuan di bidang konstruksi.
Dia beralasan Indonesia masih dalam fase pembangunan, sehingga akan
selalu ada proyek infrastruktur di seluruh Tanah Air.
Dengan rencana
anggaran mencapai Rp 200 triliun pada APBN-P tahun depan, sektor
pembangunan infrastruktur masih menjadi primadona dalam menyerap tenaga
kerja di Indonesia. Sehingga Abdul Wahab menyarankan generasi muda
menggeluti dan memperdalam keterampilan di bidang konstruksi.Â
"Tenaga kerja
terampil kita di Indonesia dari sisi pembiayaan itu terbesar terserap ke
infrastruktur. Keterampilan tiling (konstruksi dinding dan lantai),
cabinet filing (produksi lemari), bricklaying (penyusunan batu bata),
serta kelistrikan, itu semua terpakai di sektor infrastruktur,"
ungkapnya.
2. Ahli rekayasa perangkat lunak
Di urutan kedua,
Abdul Wahab menyoroti kebutuhan tenaga kerja terampil yang sangat tinggi
di bidang teknologi informasi (TI). Terutama pekerja yang mampu membuat
perangkat lunak bisnis dan administrasi.
"Bidang TI ini juga
menguasai perkantoran sekarang. Semua kantor sekarang dikelola TI,
mulai dari perbankan, kantor pemerintah, kantor swasta, semua berbasis
TI. Sehingga pekerja terampil di sektor ini masih akan sangat
dibutuhkan, bahkan di level Asia Tenggara," paparnya.
Dari Catatan BPS,
Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi yang di dalamnya
meliputi jumlah tenaga kerja TI, menyerap 80.000 orang dari Januari
sampai Agustus 2012. Angka itu bakal meningkat karena banyak pekerja TI
masih dikategorikan bekerja di sektor non-formal dan tidak tercatat
dalam sensus BPS.
Meski proporsi
serapan tenaga kerjanya belum terlalu besar, namun kebutuhan di bidang
otomatisasi industri atau ahli komputerisasi industri, akan semakin
meningkat beberapa tahun ke depan.
Karena itu, Abdul
Wahab tidak segan mendorong pelajar mendalami bidang keilmuan
mekatronika. Rupanya tidak hanya belajar soal robot, ilmu ini merancang
hampir seluruh teknologi yang dapat menggantikan pekerjaan tenaga kerja
manusia, seperti lengan buatan untuk pabrik otomotif sampai mesin ATM.
"Otomatisasi
industri itu teknologi masa depan, contohnya sekarang jalan tol tidak
pakai uang tunai lagi (untuk membayarnya). Akan banyak industri
menerapkan sistem seperti itu," ujar Abdul Wahab memprediksi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sepanjang tahun ini, sektor industri dalam negeri menyerap 830.000 pekerja baru.
BPS mencatat
tingkat hunian hotel dari 20 provinsi di Indonesia per September 2012
mencapai 52,96 persen, meningkat 1,21 persen dibanding periode yang sama
tahun lalu. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sepanjang tahun ini
juga tumbuh 1,79 persen.
Jumlah itu bakal
terus meningkat di masa mendatang lantaran pemerintah sedang
menggalakkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan baru. Bisa
dibilang tenaga perhotelan, mulai dari tenaga teknis pelayanan kamar
sampai juru masak sedang tinggi permintaannya dalam beberapa waktu ke
depan.
Abdul Wahab mengaku
peningkatan sumber daya manusia di bidang jasa, terutama perhotelan
sedang menjadi fokus Kemenakertrans. Itu sebabnya pihaknya sedang
menjalin kerja sama dengan industri di luar negeri untuk memberi
pelatihan tenaga kerja asal Tanah Air agar memiliki pengetahuan mengenai
standar kerja dunia perhotelan.
"(Keterampilan
perhotelan) memang unggulan, baik untuk pemenuhan pasar domestik maupun
dunia. Kita beberapa kali kirim anak-anak (SMK) ke hotel-hotel di
Australia, intensif training selama empat bulan, mereka bisa memenuhi
standar kerja luar negeri," ungkapnya.
Kebutuhan tenaga
kerja dengan keterampilan perhotelan nantinya tidak akan terkonsentrasi
di Pulau Jawa. Terbukti dari data BPS, Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
tertinggi tahun ini terdapat di Jambi dengan 11,77 poin, Kalimantan
Timur 9,64 poin, dan Kalimantan Barat 7,61 poin.
Sektor industri
pengolahan, meliputi sektor perikanan, pada triwulan III 2012 menyumbang
Rp 506,6 triliun, mencapai 23,87 persen terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB). Menurut Abdul Wahab, bidang pengolahan produk nilai tambah
perikanan berpotensi menyerap tenaga kerja terdidik.Â
"Potensinya besar,
karena untuk mencukupi kebutuhan pasar domestik saja sudah memadai untuk
menghidupkan industri pengolahan ikan tanah air," ujarnya.
Keterampilan teknis
di bidang pengolahan ikan misalnya membuat produk bernilai tambah
dengan bahan ikan, seperti terasi atau ikan kalengan. Namun Abdul Wahab
mengakui kelemahan industri perikanan adalah belum optimalnya dukungan
pemerintah memasarkan produk hasil laut bernilai tambah, terutama
produksi Luar Jawa.
"Resources kita
melimpah untuk tenaga terampil, namun sektor perikanan ini belum
tergarap memang. Di luar Jawa output dari industri pengolahan harus
dipasarkan dengan bantuan pemerintah," paparnya.
0 komentar:
Posting Komentar